bernaridho hutabarat

Menarik sekali membaca tulisan Bernaridho I. Hutabarat dalam majalah PC Media edisi 07/2012. Tulisan yang berjudul SMK TI (2) itu sungguh menggelitik. Betapa tidak, di tengah hebatnya pujian masyarakat dan harapan besar pemerintah terhadap potensi SMK, dia justru berpendapat sebaliknya.

Dikretur PT Bisnis Tekno Ultima itu menghimbau agar direktur yang lain dan manajer Sumber Daya Manusia tidak merekrut alumni SMK TI. Mengapa? Ada tiga alasan yang mendasarinya.

Pertama, banyak proyek TI yang mengharuskan pemakaian tenaga ahli sarjana. Mereka lebih memiliki kemampuan teknis dalam menjelaskan teori. Kemampuan ini penting karena hasil kerja TI tidak hanya menghasilkan produk jadi, tetapi juga harus mengerti dan memahami teori dalam proses pembuatannya. Sementara alumni SMK TI, dalam waktu 3 tahun hanya dibekali dengan hafalan ‘yang penting jadi, yang penting bisa, teori tidak penting’. Sebab tidak mungkin dalam waktu sesingkat itu mempelajari teori secara mendalam di antara banyak mata pelajaran yang harus diajarkan.

Alasan kedua, penggajian dan keahlian. Meskipun sarjana TI dan alumni SMK TI memiliki dasar ilmu yang sama, tetap saja gaji sarjana lebih tinggi daripada mereka yang hanya lulus SMK. Ini karena dunia kerja di Indonesia masih berorientasi pada ijazah, tidak seperti negara-negara lain yang menomorsatukan keahlian dan kemampuan kerja. Untuk menghindari protes dari alumni SMK TI karena kesenjangan gaji, maka mantan dosen Universitas Ma Chung ini lebih memilih mempekerjakan sarjana TI, begitu juga rekan-rekan pebinisnya yang lain.

Dan ketiga, alumni SMK, bukan hanya SMK TI akan gelisah untuk kuliah. Mereka pada umumnya sadar bahwa sekuat apapun pendapat mereka tentang pendidikan, tanpa memiliki ijazah sarjana akan menghambat karier mereka. Dan sebagai perusahaan, mempekerjakan orang yang loyalitasnya rendah karena sibuk memikirkan pendidikan merupakan masalah serius. Sebab tidak dimungkiri, setiap perusahaan menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dan itu membutuhkan orang-orang yang loyal dan fokus dalam bekerja, tidak terganggu oleh keinginan-keinginan lain di luar perusahaan.

Pendapat tersebut memang tidak sepenuhnya benar. Ada juga SMK yang sudah bisa menghasilkan produk membanggakan, dari laptop, mobil hingga pesawat terbang. Namun tanpa bermaksud mendiskreditkan, apa yang harus dilakukan lulusan SMK jika dunia kerja menolak ijazahnya? Apakah mereka sudah benar-benar siap untuk ber-wiraswasta?

Komentar