Oleh: Yeti Lestiani, S.Pd*
Muatan materi pelajaran sejarah yang banyak, dan berisi cerita yang kompleks, menjadikannya sebagai salah satu pelajaran yang kurang diminati bagi sebagian siswa. Apalagi jika disajikan dalam bentuk ceramah yang biasa-biasa saja. Tentu, akan sangat hambar dan membosankan.
Disisi lain, kebiasan guru yang mengandalkan metode ceramah dalam menyajikan pembelajaran sejarah, menjadikan kreativitas siswa kurang berkembang. Padahal di abad 21 ini, kreativitas merupakan kompetensi yang sangat penting. Kreativitas (creativity) menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat kompetitif kedepannya. Selain kemampuan berpikir kritis (critical thinking), berkolaborasi (collaboration), dan berkomunikasi (communication) atau yang dikenal dengan 4C.
Oleh karenanya perlu metode ataupun model pembelajaran sejarah yang dapat meningkatkan minat belajar sekaligus kreativitas siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar dan kreativitas siswa yakni model pembelajaran berbasis proyek, atau project based learning (PJBL). Menurut Al-Tabany, (2017) PjBL adalah model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa (student centered) serta menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator yang mana siswa diberikan kesempatan untuk membuat sebuah proyek berdasarkan apa yang telah mereka pelajari sesuai dengan kreativitas masing-masing siswa.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukan pengaruh PjBL terhadap minat belajar maupun kreativitas siswa. Diantaranya yakni hasil penelitian Saidatul Irfana dkk yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran PjBL efektif meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas 4 di SDN 3 Pecangaan Wetan Jepara. Penelitian lain juga dilakukan oleh Firda Aulia, yang menyimpulkan bahwasanya penggunaan model Project based learning (PjBL) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa
Seiring dengan perkembangan tekhnologi, dan menjamurnya media sosial, semakin bervariasi pula jenis kontennya. Salah satu yang cukup popular yakni carousel. Konten jenis ini sangat digemari pengguna media sosial, khususnya di instagram.
Carousel merupakan salah satu jenis konten atau bentuk tampilan visual yang tersedia di dalam media sosial. Karakteristik utamanya yakni terdiri atas lebih dari satu gambar dalam satu konten. Pengguna atau user dapat menggeser deretan gambar secara berurutan, sehingga lebih interaktif dan informasi yang didapat lebih kompleks. Selain itu, biasanya carousel didesain semenarik mungkin, dengan perpaduan antara gambar dan teks yang ringkas. Sehingga memudahkan pembacanya dalam menyerap informasi.
Oleh karenanya, sangat relevan jika carousel digunakan sebagai proyek dalam pembelajaran sejarah guna meningkatkan minat dan kreativitas siswa. Implementasi PjBL carousel sejarah dalam pembelajaran di kelas dapat dilakukan melalui beberapa tahap.
Pertama, penentuan proyek. Siswa bersama guru menentukan proyek carousel sejarah apa yang akan dibuat.
Kedua, penyusunan rancangan proyek. Siswa dalam kelompoknya menyusun rancangan proyek carousel. Mereka menentukan desain produk carousel, alat dan bahan yang diperlukan, hingga pembagian tugas dalam kelompok
Ketiga, penyusunan jadwal proyek. Setelah rancangan proyek carousel jadi, kemudian dibuat tahapan-tahapan pembuatan proyek tersebut. Yang kemudian dijabarkan secara detail waktu pengerjaannya dalam bentuk jadwal.
Keempat, penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring. Setiap kelompok mengerjakan pembuatan carousel sejarah sesuai dengan pembagian tugasnya. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan melakukan monitoring kegiatan setiap kelompok. Fasilitasi dilakukan dengan memberikan bimbingan terhadap kesulitan ataupun permasalahan yang dihadapi setiap kelompok. Sedangkan monitoring, dilakukan untuk memastikan proyek berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Kelima, presentasi hasil proyek. Setiap kelompok mempresentasikan produk carousel sejarah. Kemudian kelompok lain memberikan umpan balik. Dalam memberikan umpan balik, siswa dapat mengevaluasi baik dari aspek seni terkait dengan desain carousel, maupun dari sisi konten pengetahuannya.
Keenam, evaluasi proses dan hasil proyek. Siswa bersama guru merefleksikan pengalamannya dalam membuat carousel sejarah. Selain itu, guru juga memberikan penguatan terhadap kegiatan presentasi produk.
Ketika semua kelompok sudah selesai, carousel sejarah tersebut kemudian dapat di unggah di media sosial seperti instagram. Nantinya, siswa dapat memantau perkembangan interaksi dari pengguna media sosial terhadap carousel miliknya. Apakah mendapat respon positif, atau sebaliknya. Respon positif dapat berupa, banyaknya view, like ataupun komentar, dan sebaliknya.
Melalui penerapan PjBL carousel sejarah, harapannya dapat meningkatkan minat belajar dan kreativitas siswa. Minat belajar dan kreativitas dapat tumbuh dan berkembang, baik saat proses maupun setelah selesai proyek. Pada saat proses, siswa dilatih untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, melalui menyusun materi sejarah dengan bahasa yang singkat dan mudah dipahami. Selain itu, siswa juga dilatih untuk mendesain carousel yang semenarik mungkin, dengan pemilihan warna, gambar, teks, dan tata letaknya. Sedangkan setelah selesai proyek, siswa dapat memanfaatkan produk carousel dari berbagai kelompok sebagai sumber belajar.
Penulis adalah Guru Sejarah pada SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga
Komentar