“SAMI” SARE (SATU MINGGU SATU REFERENSI) (Sebuah Gagasan Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Literasipada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X di SMA Negeri 1 Rembang)

Oleh : Noorman Budiawan, S.Pd *)

Noorman BudiawanNoorman BudiawanKurikulum 2013 secara eksplisit mengamanatkan kepada kita bahwa untuk menghadapi era globalisasi dengan permasalahan yang semakin kompleks siswa harus dibekali dengan beberapa kemampuan yang salah satunya adalah literasi. Untuk mendukung hal tersebut pemerintah telah menetapkan sebuah program yang dinamakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Kemampuan berliterasi adalah kemampuan mencari, mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai kegiatan, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara. Kemampuan ini sangat mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yaitu peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Terkait dengan hal tersebut maka sebenarnya ada permasalahan yang mendesak bagi guru untuk mencari solusi atas persoalan tentang  bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. Itulah yang menjadi latar belakang masalah ini yang nantinya akan difokuskan pada upaya apa yang dapat digunakan sebagai solusi persoalan tersebut di SMA Negeri 1 Rembang pada mata pelajaran Sosiologi, khususnya di kelas X.

Pelajaran sosiologi dengan karakterisknya memandang penting kegiatan literasi dalam pembelajaran. Adapun karakteristik mata pelajaran sosiologi sebagaimana dicuplik dari laman https://tesispendidikansosiologi.wordpress.com adalah sebagai berikut;

  1. Sosiologi merupakan disiplin intelektual mengenai pengembangan pengetahuan yang sistematis tentang hubungan sosial produk hubungan terse
  2. Materi sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok dan pengaruhnya.
  3. Tema-tema esensial dalam sosiologi dipilih dan bersumber serta merupakan kajian tentang masyarakat dan perilaku manusia (keluarga, suku bangsa, komunitas, dan pemerintah sebagai organisasi sosial, agama, politik, bisnis, dan oganisasi lainnya).

Materi sosiologi dikembangkan dengan pengembangan teori yang pada observasi ilmiah.

Berbicara tentang literasi sebagai daya dukung terhadap proses pembelajaran,  maka  perpustakaan  SMA  Negeri  1  Rembang  sangat representatatif dari jumlah koleksi buku di tahun 2017 sekitar 2500 judul, dengan jumlah eksemplar 5000 buku, kemudian koleksi non buku, dan  jaringan internet, serta ruang baca yang luas, Keadaan ini menjadi daya dukung bagi pelaksanaan proses pembelajaran berbasis literasi pada mata pelajaran sosiologi. Dalam hal ini penulis sebagai guru sosiologi menemukan pemikiran bahwa dengan strategi “Sami Sare” (Satu Minggu Satu Referensi) pembelajaran berbasis literasi dapat berjalan baik.

Secara operasional dalam artikel ini “Sami Sare” merupakan sebuah akronim dari kalimat “Satu Minggu Satu Referensi.” Artinya ada aktivitas siswa untuk mencari, mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai kegiatan, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara, minimal satu referensi dalam satu minggu. Strategi Sami Sare diawali dari kegiatan telaah silabus yang dilakukan oleh guru dengan membuat rancangan pembelajaran secara komprehensip yang meliputi tujuan pembelajaran, materi, metode dan strategi pembelajaran (aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan literasi), sumber dan media pembelajaran serta penilaian).

Dalam kegiatan ini siswa lebih kepada kegiatan literasi informasi di mana siswa diajak dan dimotivasi untuk secara kritis memahami informasi yang dibutuhkan terkait dengan materi pelajaran. Selanjutnya kegiatan apersepsi dapat dilakukan oleh guru dengan berbagai cara misalnya: menyadarkan peserta didik bahwa materi yang telah dipelajari ada relevansinya dengan materi yang akan dipelajari, menghubungkan materi tertentu yang terkait dengan materi baru, atau dengan memberikan contoh riil di sekitar lingkungan terlebih dahulu yang sesuai dengan materi baru.

Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang jelas. Kejelasan tujuan pembelajaran menjadi dasar kesiapan siswa untuk belajar materi baru, mencari sumber-sumber informasi terkait materi baru yang akan diterima. Termasuk di dalamnya adalah pembuatan peta konsep (bagan dan gammbaran bagian-bagian materi yang akan dipelajari dan hubungan antarmateri yang ada. Akan lebih baik diikuti tentang referensi dan sumber belajar yang digunakan dalam mempelajari materi baru, baik berupa buku, majalah, surat kabar ataupun media internet.

Dari sekian banyak referensi yang ada, guru memberikan penugasan kepada siswa dengan kewajiban mencari, menemukan, memperoleh (proses menggunakan pengetahuan yang ditemukan), menuliskan dan pempresentasikan apa yang telah didapat. Kegiatan ini dilakukan setiap minggu tergantung pada berapa waktu yang dibutuhkan dalam mempelajari materi. Kegiatan ini diakhiri dengan pengumpulan tulisan atau resume serta presentasi yang dilakukan dengan mengemukakan secara lisan pendapatnya atau isi dari referensi yang telah diperoleh tanpa harus maju di depan kelas. Kegiatan dapat dilakukan selama 10 menit, sehingga tidak semua siswa mengemukakan hasil penelusurannya. Sebagai bentuk pertanggung jawaban, siswa diwajibkan mengumpulkan dalam bentuk tertulis. Untuk menghindari siswa tidak melaksanakan tugas, maka guru melakukan penunjukan secara acak siswa yang akan mempresentasikan hasil penelusurannya. Dengan demikian seluruh siswa tetap melakukan kegiatan.

Jika kita kaitkan dengan teori-teori belajar yang ada, gagasan strategi Sami Sare dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi sangat penting. Gagasan ini dapat menjadi upaya keberhasilan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran sosiologi. Dalam strategi Sami Sare sangat mengedepankan belajar aktif (active learning). Siswa tidak sekedar dijejali dengan penyampaian guru, namun siswa berupaya melibatkan secara keseluruhan potensi yang dimilik. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Glasgow (1996) bahwa dalam belajar aktif peserta berusaha sungguh sungguh untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar pada belajarnya sendiri (https://www.kompasiana.com/alcidam/active-learning-belajar-aktif).

Pendapat Glasgow tersebut di atas jika kita kaitkan dengan strategi Sami Sare dalam proses pembelajaran berbasis literasi, terlihat ada relevansinya yaitu bahwa peserta didik mengambil peran dan tanggung jawab bagi dirinya sendiri melalui kegiatan menentukan kebutuhan akan informasi, kemudian mencari dan menemukan serta mengolah informasi tersebut sebagai bekal bagi dirinya dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Dengan demikian secara konstruktif strategi Sami Sare menjadi wahana belajar bermakna bagi peserta didik. Belajar bermakna sebagaimana dikemukakan oleh Ausubel bahwa seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya.

Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia pelajari dan ditekankan pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam sistem pengertian yang telah dipunyainya (http://www.anakciremai.com). Proses belajar ini akan berjalan terus yang menuntut penyusunan makna secar aktif sehingga makna-makna baru terus terbangun secara konstruktif. Gagasan tentang penerapan strategi Sami Sare mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan. Dengan demikian bahwa penerapan strategi Sami Sare dalam pembelajaran berbasis literasi pada mata pelajaran sosiologi dapat menjadi strategi yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

*) Penulis adalah Guru Mata Pelajaran Sosiologi SMA Negeri 1 Rembang Kabupaten Purbalingga.

Komentar